Tokaido Inn
Mimpi Samurai, Pencurian Rubi, dan Siasat Kabuki
Mimpi Samurai, Pencurian Rubi, dan Siasat Kabuki
Judul: Tokaido Inn
Mimpi Samurai, Pencurian Rubi, dan Siasat Kabuki
Pengarang : Dorothy & Thomas Hoobler
Penerbit Terjemahan : Dastan Books
Tahun : 2008
Penerjemah : Hari Ambari
Tebal : 366 Halaman + 2 Halaman Cover
Panjang : 18 cm
Lebar : 11cm
Karena tertarik dengan sampulnya yang bagus dengan ilustrasi seorang samurai, akhirnya saya juga tertarik untuk membeli buku ini. Dan lagi-lagi karena novel ini berbau Jepang, jadi ya saya beli… Mau taw apa isi novel ini? mau? mau? mau? Baca sampe abis yah… ^^
***
Latar Belakang waktu novel ini adalah tahun 1735 di Jepang, dimana saat masuk dalam era Shogun. Cerita dimulai ketika Seikei, anak dari saudagar teh yang ingin menjadi samurai tetapi harapannya itu tidak direstui oleh ayahnya, dan ayahnya sedang melakukan perjalanan untuk menjual teh. Ketika sampai di sebuah jalan Tokaido, mereka memutuskan untuk menginap di sana (Tokaido Inn). Suatu ketika pemilik penginapan itu meminta Seikei dan ayahnya untuk menyuguhkan teh pada seorang “daimyo” yang bernama Tuan Hakuseki. Ternyata Tuan Hakuseki memiliki hjarta yang sangat berharga berupa permata Rubi yang akan dibawa sebagai hadiah dan disimpan di kamarnya. Setelah Seikei berhasil membuat Tuan Hakuseki senang dengan tehnya, dia kembali ke kamarnya dan malamnya Seikei melihat ada hantu yang berjalan di lorong penginapan itu sambil membawa rubi milik Tuan hakuseki dan menghilang di bawah lantai. Keesokan paginya, dilakukan penggeledahan di setiap kamar dan ditemukan rubi itu di dalam kamar Michiko, seorang gadis, dan ternyata rubi itu palsu. Datanglah Hakim Ooka untuk menyelesaikan masalah ini. Dan mulai saat itu dimulailah sebuah petualangan yang melibatkan Hakim Ooka dan Seikei. Siapakah sebenarnya hantu yang mencuri permata itu dan apa motivasinya? Apakah seikei berhasil mewujudkan cita-citanya untuk menjadi samurai? Silahkan baca novel ini dan temukan jawaban dari pertanyaan tersebut… ***
Jujur saja, ketika membaca novel itu pembaca tidak akan merasa jenuh karena dengan tebal hanya sekitar 360an halaman ini berisi 25 bab. Artinya setiap bab dalam buku ini kurang lebih hanya sekitar 14 halaman lebih. Jadi pembaca tidak akan merasa jenuh ketika membaca novel ini. Yang unik dalam novel ini adalah letak klimaksnya bukan di tengah buku, tetapi di bab ke-23 atau 2 bab sebelum selesai dan pembaca baru tahu pengungkapan misteri dibalik permasalahan novel ini pada bab terakhir dalam novel ini. Artinya pengarang benar-benar ingin membuat penasaran pembaca dan baru membeberkan segala misteri pada bagian akhir novel ini. Hal ini berakibat pembaca akan tegoda untuk terus membaca novel ini sampai akhir dan menemukan ending yang mereka ingin mengerti.Begitulah sekilas mengenai novel ini, semoga tergugah untuk membaca novel ini. Novel ini tidak termasuk dalam katagori novel yang berat, karena novel ini sangat mudah dipahami bahasanya dan diikuti alur ceritanya. Dan cocok untuk dibaca dalam waktu yang santai dan dinikmati oleh semua umur.
Sekian…
dashite
wah, review yang bagus, jadi ingat Tomomi, dan tentu saja Hakim Ooka. Tokoh yang layak dicontoh (Kecuali selera makannya). semoga juga banyak yang tergugah. Cerita seikei baru tiga. Terjemahan bahasa Indonesia yang sudah terbit baru Tokaido Inn dan Demon in the Tea House. Buku ketiga segera menyusul dalam waktu, in darkness death.
ReplyDeleteSepakat, ini memang buku yang cocok dibaca siapa saja. Tak perlu mengerutkan dahi ketika membaca, semua mengalir begitu saja.
Terus Membaca.