***
Beberapa minggu lalu, di Jogja, tepatnya saat itu hujan mengguyur dengan cukup deras. Saat itu aku mau pergi les, dan pukul dua tepat akhirnya meskipun hujan turun dengan gerimis, aku tetap memutuskan untuk berangkat les (wah rajinnya... ^^). Waktu berangkat memang gerimis, akhirnya aku memutuskan untuk memakai jas hujan daripada bajuku basah, sampai di depan Plaza Ambarukmo, ku lihat jalur jalan raya yang ke arah timur tergenang air tinggi sekali. Sambil terus mengendarai motorku ke arah barat aku pun berkata dalam hati"Enaknya di sini gag kena banjir..."
dan akupun terus memacu motorku dengan santainya sampai di lampu merah. Tentu saja aku berhenti di lampu merah masa mau jalan?. Setelah lampu merah berganti hijau, akhirnya kembali kujalankan motorku, tapi tiba2 terjadi kemacetan di depan sekolahku, Jb. Saat itu posisiku ada di sisi kanan jalan, kuputuskan untuk mengambil sisi kiri jalan yang sepi. Baru aja mau ke sisi kiri, langsung aku kembali ke sisi kanan. Kenapa? Ternyata di sisi kiri jalan itu sudah tergenang air yang cukup tinggi dan tentu saja kalau lewat situ bisa membuat mesin motorku berhenti (lebay..). Akhirnya aku melanjutkannya lagi dengan menghadapi kemacetan itu. Makin lama entah kenapa air di jalan itu makin tinggi dan makin deras arusnya kena ke motorku. Feelingku mulai gag enak lagi nih, begitu ada jalan belok ke kanan akhirnya akupun belok ke kanan untuk menghindari kemacetan itu. Sialnya... waktu aku belok ke kanan itu merupakan pusat aliran banjir di jalan sebelumnya itu. Bayangin aja air setinggi lutut (sepertinya) nekat aku terobos dengan motorku yang sudah terbilang agak tua dan alergi pada aliran air. Untung di depanku ada mobil sehingga arus airnya itu kepotong oleh mobil dan motorku hanya kena sedikit. Tapi tetep aja masih kena dan sampai2 mesin motorku mengeluarkan asap dan tetap nekat kuterobos. Begitu ada jalan ke kiri akhirnya aku belok ke kiri, dan bermaksud untuk ke jalan colombo, beruntung tidak kena banjir lagi untuk sampai ke sana. Baru beberapa meter di jalan colombo, tiba-tiba di atas jalan raya colombo ada tumpahan seperti entah itu minyak tanah atau bensin yang pasti warnanya seperti pelangi dan itu kalau bukan bensin ya minyak tanah tadi itu. Mulai lagi feelingku jadi tidak enak, dan bener aja beberapa meter ke depan sudah ada orang2 yang menyuruh para pengguna jalan raya untuk balik karena beberapa meter lagi di jalan itu air menggenang lebih tinggi lagi dan tidak memungkinkan untuk dilewati. Huh... terpaksa balik lagi dan rasa di dalam hati ini mulai bingung mau lewat jalan mana lagi atau mau pulang aja? Akhirnya aku teringat satu gang lagi yang tembus ke jalan Solo untuk bisa ke tempat les, ya sudah kucoba lewat gang itu dan beruntungnya jalan Solo tidak tergenang banjir.
Dan sampailah aku di tempat les dengan selamat dan dalam keadaan terlambat cukup lama, karena perjuangan dan petualanganku menembus dan menghindari banjir. Dan satu lagi... Aku baru sadar kalau jas hujanku saat itu meskipun sudah aku buat sedemikian rupa agar air hujan tidak masuk (baca: sudah bolong), tapi tetap saja tidak bisa mencegah basahnya bajuku. Dan begitu masuk ke tempat les, smuanya pada bingung dan bukan hanya mereka yang bingung, tapi aku juga bingung kenapa hanya aku satu-satunya yang basah dan seperti mandi dan tidak mengeringkan badan pakai handuk? Dan juga beberapa saat kemudian temanku, yang rumahnya tidak jauh dari gang tempat sumber banjir yang aku terobos lagi, datang dalam keadaan kering sekali. Akupun makin heran saat itu dan kesimpulanku hanya satu... jangan pernah mengejek keadaan jalan lain yang keadaannya lebih buruk daripada jalan yang sedang kita lewati...
dashite
0 comments:
Post a Comment
Commentnya...